Aksesnusantara.id – Paciran, Revitalisasi Jalur Rempah program Direktorat Jenderal Kebudayaan yang bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek. Program ini dilakukan dengan penanaman kembali berbagai jenis rempah, mengaktifkan kembali pelabuhan-pelabuhan bersejarah, serta revitalisasi kapal tradisional.
Melalui program ini, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) dan SMKN 3 Buduran diberi kesempatan untuk membangun kapal bersejarah yang pernah membuat Indonesia jaya pada masanya.
PPNS membangun Kapal Pencalang dan SMKN 3 Buduran membangun Kapal Ijon-Ijon. Kapal Pencalang merupakan kapal dagang tradisional nusantara atau dalam sejarah disebut sebagai pantchiallang atau pantjalang. Sementara itu, Kapal Ijon-Ijon merupakan kapal ikan yang paling banyak digunakan oleh nelayan dengan kekhasan desain dan warna.
Program pembuatan kapal tradisional ini mendapatkan bantuan operasional Matching Fund (MF) dari Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud sekitar Rp 2 miliar.
Proyek tersebut merupakan upaya revitalisasi ekosistem kapal kayu tradisional untuk menunjang pengelolaan sumber daya kelautan berkelanjutan.
“Tujuan dari revitalisasi ekosistem kapal kayu tradisional ini adalah untuk melakukan revitalisasi kapal kayu tradisional dari aspek desain dan teknologi pembangunan dengan tetap mempertahankan kearifan lokal,” ujar Dr. Kiki, Sabtu (24/9).
Disampaikan, guna melestarikan desain kapal-kapal tradisional Indonesia sebagai salah satu warisan budaya ini, pihaknya juga menyiapkan tenaga-tenaga terampil dalam pembangunan kapal kayu sebagai upaya regenerasi pengrajin kapal kayu.
“Tidak hanya itu , kegiatan ini juga untuk memperkuat konsep Project Based Learning (PBL) pada Perguruan Tinggi Vokasi dan Sekolah Vokasi dalam upaya penguatan kompetensi dan Relevansi dengan kebutuhan industri. Jadi, kita tak hanya mendesain, tapi juga membuat kapal,” sambungnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Ir. Eko Juliano M.Sc., FRINA menyampaikan, kapal kayu layar Pencalang yang dibuat ini memiliki panjang 12 meter, lebar 4 meter dan tinggi 1,5 meter.
Sedangkan untuk Kapal Ikan Ijon-ijon, tutur Eko, memiliki panjang 12 meter, lebar 3,5 meter dan tinggi 1,5 meter. Selain melibatkan mahasiswa PPNS dan siswa SMK N 3 Buduran, pembangunan kapal ini juga melibatkan SMK Sunan Drajat Lamongan dan beberapa mahasiswa dari beberapa Politeknik melalui program Wirausaha Merdeka 2022.
“Lalu sebagai bentuk transfer pengalaman dan teknologi, kami juga melibatkan pengrajin kapal kayu tradisional selama proses pembangunan kapal tersebut,” katanya.
Meski progress pembangunan kedua kapal berjalan dengan baik, Eko menjelaskan, bukan berarti tak ada tantangan yang dihadapi. Salah satu tantangan itu di antaranya adalah pencarian bahan kayu terbaik.
“Untuk kapal pencalang, kayu jati dicari hingga ke Perhutani Gresik dan Pasuruan, bambu petung dicari hingga ke Malang, Kayu Merbau dibawa dari Banyuwangi. Bahkan kayu camplong untuk bahan baku gading jadi salah satu yang tersulit karena harus dicocokkan satu persatu dengan pola dan dibawa langsung dari Pulau Bawean,” jelasnya.
Masih kata Eko, baik Kapal Pencalang maupun Ijon-ijon ini saat ini masih dalam proses pengerjaan gading-gading kapal. Sehingga, dalam waktu dekat akan dilanjutkan dengan pemasangan papan lambung kapal.
“Kami berharap progress selanjutnya akan berjalan lancar dan mohon doa Bapak Ibu sekalian, sehingga kami dapat menyelesaikan kedua kapal sesuai yang ditargetkan,” harapnya.
Sementara itu Kepala SMK N 3 Buduran, Drs. Eko Budi Agus Priatna M.Pd menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang bekerjasama dalam mensukseskan kegiatan ini.
“Terimakasih atas kepercayaannya kepada kami, PPNS dan SMKN 3 Buduran, untuk melaksanakan program revitalisiasi kapal kayu tradisional melalui dukungan program Matching Fund PT. Vokasi 2022 dan Program Pemadanan SMK 2022, juga apresiasi kami sampaikan Keapda Direktur Mitras Dudi atas dukungan penuhnya, mulai inisiasi program sampai dengan saat ini terutama dalam upaya menggandeng mitra,” ungkapnya.
Secara khusus, Eko Budi menyebut ada 28 siswa dari pelajar SMK N 3 Buduran yang terlibat. Pihaknya mengaku, pembuatan kapal tradisional ini menjadi tantangan dan pembelajaran baru. Mengingat selama ini pihaknya hanya berfokus pada praktik pembuatan untuk kapal fiber dan baja saja.
“Kementerian dan Rosyid College itu memberikan model desain ini sehingga menjadi tantangan baru bagi kami. Generasi muda kita harus tahu bagaimana proses pembuatan kapal tradisional. Kapal ini sangat membanggakan, karena warisan budaya. Kalau kita tidak lestarikan lama-lama akan hilang atau mungkin bisa bergeser ke negara lain. Ini jadi model pembelajaran baru bagi kami,” pungkasnya.
Diketahui, nampak hadir dalam kegiatan ini di antaranya Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Direktur Jenderal Kebudayaan, Perwakilan Bupati Lamongan, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Plt. Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Direktur SMK, Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi : Dr. Beny Bandanadjaja.
Lalu Kepala SMK N 3 Buduran, Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Prof. Daniel M. Rosyid dari Rosyid College, Kadisdik Lamongan, Tim Revitalisasi Perkapalan Tradisional — PPNS, Tim Revitalisasi Perkapalan Tradisional – SMKN 3 Buduran.(At)