Aksesnusantara.id – Lamongan, Serangan hama dan penyakit tanaman merupakan masalah yang kerap dihadapi petani di tanah air tak terkecuali di Lamongan. Agar hal tersebut tidak mengakibatkan produktivitas menurun, Pemkab Lamongan melalui Dinas Ketahanan Pangan dan pertanian (KPP) melakukan gerakan pengendalian penyakit blas (Magnaporthe oryzae).
Kegiatan pengendalian hama blas dengan gerdal/penyemprotan menggunakan agensi hayati dilahan seluas 10 hektar di Desa Blawirejo Kecamatan Kedungpring, Kamis (2/5) itu tak berlangsung lama, karena dilakukan dengan sistem pembasmi hama dan penyakit tanaman melalui udara dengan memanfaatkan pesawat tanpa awak (Drone).
Diungkapkan Bupati Yes sesaat sebelum melakukan penyemprotan dengan drone, selain gerakan pengendalian penyakit dengan agensi hayati juga perlu dibantu dengan teknologi pertanian modern dan canggih. Sehingga terjadi efesiensi biaya maupun waktu.
“Saya harap kedepan modernisasi pertanian harus dibantu dengan peralatan modern dan canggih seperti yang kita lakukan sekarang. Ini adalah sebuah pengenalan kepada masyarakat mulai dari pengolahan sampai pasca panen kita kenalkan teknologi pertanian,” tutur Bupati Yes.
Meski saat ini baru dikenalkan di wilayah Kedungpring, Bupati Yes berharap akan segera dikembangkan diseluruh Lamongan. Selain itu beliau juga meminta pendampingan kepada para petani supaya produktivitas Lamongan sebagai penyumbang padi terbesar ke lima di Indonesia dapat terus terjaga.
Secara terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan pertanian (KPP) Sukriyah menjelentrehkan, hingga bulan ini luasan tanam padi di Lamongan berada diangka 116.519 hektar dengan luasan panen sudah mencapai 68.238 hektar. Artinya masih ada 48.281 hektar tanaman belum panen yang harus dijaga agar bisa panen pada waktunya.
“Mengingat kelembaban dan temperatur di Kabupaten Lamongan masih relatif tinggi, masih sering terjadi mendung menggumpal diprediksi ada beberapa penyakit salah satunya blas ini,” tuturnya.
Sukriyah juga mengungkapkan, kegiatan dalam rangka mitigasi dan pencegahan serta penanganan serangan blas juga diperlukan satu komitmen gerakan pengendalian bersama yang efektif yang ramah lingkungan.
Selain efektif dalam penggunaan pupuk, lanjut Sukriyah, dengan menggunakan drone juga dapat menghemat biaya dimana dalam 1 hektar tanah hanya memerlukan waktru 10 menit. “Dengan penyemprotan melalui drone ini akan semakin efektif dan efesien. Semoga teknologi modern ini semakin memudahkan petani,” imbuhnya.
Penyakit blas atau busuk leher sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur pylicularia grisea. Jamur ini dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi, mulai dari fase pembibitan sampai pada fase generative (produktif). Jika tidak segera ditangani hal tersebut mengakibatkan penurunan hasil pertanian dan perkebunan yang dapat mengancam ketahanan pangan di Indonesia.(Hms)