Lamongan -AksesNusantara.id semua orang punya cara tersendiri untuk bersedekah, tak terkecuali seperti yang dilakukan seorang pengusaha muda bernama Achmad Fachrudin, S.H ini. Dikenal sebagai pengusaha asli putra daerah, bos developer perumahan, siapa sangka dirinya kini juga berjualan nasi. Hal yang membuat orang bertanya-tanya ialah bagaimana bisa menjual nasi seporsi seharga Rp. 3000,- dengan modal Rp. 10.000,- dengan lauk pauk yang layak.
Lapak itu buka dari pukul 07.00 sampai 10.00 wib saja, di buka setiap hari senin – jumat dengan 500 porsi per harinya. dengan tagline, “Sarapan berbagai seporsi cuma Rp. 3000,- dan siapa saja boleh makan,” di halaman ruko WPP kantor Mas Bro M88 yang beralamat di jalan suwoko ruko WPP nomor A3, Lamongan kota. Jumat, (07/07/2023).
Ternyata berjualan nasi dengan harga murah seperti ini merupakan cara bersedekah ala Fachrudin, dirinya memberikan pandangan apabila diberikan secara cuma-cuma, maka ia menilai hal itu seperti memonopoli sedekah.
“Kok nggak dikasih gratis aja, kalau saya kasih gratis, saya memonopoli sedekah itu, dan saya tidak ingin memonopoli pahala itu sendiri. Ini adalah cara saya untuk sedikit berbagi dengan masyarakat kota Lamongan,” Katanya.
Fachrudin juga menerangkan mengapa nasi yang dijualnya tersebut adalah nasi yang dibelinya dari usaha makanan/warung lain, dan bukannya membuat atau katering sendiri. Dia juga menjelaskan program sosial, sedekah ala dirinya ini memang sengaja dibeli dari usaha makanan lain, warung sekitar.
“Saya terinspirasi dengan sosok Jusuf Hamka menjual dagangannya dengan harga yang lebih murah dari pada yang ia beli, hal ini menarik dan asik,” lanjutnya.
Hal itu mungkin terdengar merugikan bagi banyak orang, namun sama sekali tidak bagi dirinya. Secara matematika orang bilang rugi, tapi dia bilang sebenarnya tidak, malah beruntung.
“Kalau saya jual Rp.3000, saudara-saudara kita yang biasa makan Rp.10.000 dia bisa makan 3000, dia bisa sedekah buat orang lain yang di bawah dia juga, masih bisa save Rp.7000 setiap harinya dan itu mungkin untuk kebutuhan hidup lain, apalagi kebutuhan hidup sekarang semakin tinggi. Semua harus prihatin dan bekerja sama untuk membantu kesulitan masyarakat,” jelas Fachrudin.
“Saya bilang nggak boleh kita masak sendiri, katering sendiri, selama masih ada warung setempat, kita harus beli dari warung lain agar mereka juga berdaya. Ada yang tanya kenapa, saya bilang, kita mau sedekah, mereka mau cari nafkah. Di pasar tradisional juga akan membuat perputaran ekonomi bagi pedagang sayur mayur, dan lainnya. Itu lah konsep ekonomi kerakyatan. Kita mau cari pahala cari barokah, mereka cari uang buat anak-anaknya sekolah,” tutur pria yang juga sebagai Kader Bela Negara FKBN itu.
Dia mengatakan setiap hari membeli lauk pauk dari warung-warung tempat yang berbeda-beda di kota Lamongan. Bahkan ada pedagang yang memberikan lebihan dari yang seharusnya dipesannya, katanya ingin ikut bersedekah.
“Mereka, pegawai biasa, tukang becak, kurir, pedagang keliling, masyarakat biasa semua beramai-ramai sarapan pagi di halaman kantor saya, dan di hari pertama ini semua habis dalam waktu sekejap,” terangnya.
Ungkap salah satu pengunjung, yang berprofesi sebagai kurir, Roni mengatakan, “Pemikiran yang simpel tapi begitu cerdas. Berbagai pahala dengan subsidi kepada rakyat, masyarakat. Orang kaya yang sesungguhnya,” komentarnya.
Senada dengan roni, “Mulia sekali, bekerja dengan beribadah, sejatinya apa yang kita cari, itulah yang mungkin orang lain nantikan. “Terima kasih orang baik, semoga barokah dunia akhirat, Aamiin,” ujar Septi yang bekerja sebagai penjaga toko. (F2/Red).