Lamongan,Aksesnusantara.id – Setelah pandemi, pemerintah baik dari pusat, provinsi, hingga daerah terus bersinergi untuk kembali membangkitkan perekonomian masyarakat. Melalui proses panjang bertahun-tahun dengan menyisihkan sebagian dana desa dan disokong reward program Desa Berdaya Provinsi Jawa Timur, Desa Plosowahyu Lamongan berhasil mewujudkan impiannya untuk membangun wisata edukasi peternakan kambing perah, dengan branding ‘KM. 48,8’. Nama KM. 48,8 diambil dari titik kilometer jarak Surabaya dengan Plosowahyu Farm.
Minggu (4/12), Bupati Lamongan Yuhronur Efendi secara resmi membuka Wisata Edukasi ‘KM. 48,8’ Peternakan Kambing Perah Unggul di Desa Plosowahyu. Diungkapkan beliau bahwa Program Desa Berdaya Provinsi Jawa Timur tersebut juga berseiring dengan Program Desa Berjaya yang dimiliki Lamongan. Beliau yakin, keberhasilan tiap desa ini dapat terlaksana berkat usaha yang dilakukan oleh desa itu sendiri, ditambah dengan sinergitas antara pemerintah baik provinsi dan kabupaten.
“Selanjutnya terus dirawat wisata yang telah dimiliki, sehingga bisa menjadi kebangkitan ekonomi yang ini dimulai dari desa-desa. Alhamdulillah Lamongan tumbuhnya lebih cepat dibanding rata-rata, yang dulu pada saat pandemi minus 2,65 persen kemudian naik menjadi 3,43 persen. Ini menandakan bahwa kita bisa pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat lagi,” kata Pak Yes.
Selain berpesan agar dapat terus mengembangkan wisata kambing perah tersebut, Pak Yes juga mendorong agar Desa Plosowahyu terus semangat menggali potensi yang dimiliki, menjadikan desanya lebih berdaya dan berjaya, dengan tujuan memberikan kesejahteraan pada warganya.
“Tetap semangat untuk menjadikan desa ini lebih berdaya, desa yang lebih berjaya, untuk kesejahteraan masyarakat di Desa Plosowahyu,” tambah Pak Yes.
Pada kesempatan tersebut, diungkapkan Kepala Desa Plosowahyu Agus Susanto bahwa terdapat 7 jenis kambing perah unggulan yang dikembangkan di desanya. Jenis kambing tersebut yakni Kambing Saanen, Kambing Sapera, Kambing Nubian, Kambing Anglo Nubian, dan Kambing British Alpine, selain itu juga dua kambing etawa peranakan asli Indonesia yakni Kambing Kaligesing asli genetika dari Gunung Merapi, dan Kambing Senduro asli genetika dari Gunung Semeru.
“Berdirinya KM.48,8 telah mempekerjakan belasan warga masyarakat desa. Dengan demikian, pendapatan Bumdes juga dipastikan akan meningkat dengan berdirinya KM.48,8. Sebelumnya pendapatan kandang desa ini hanya ratusan ribu setahun, maka mulai tahun depan minimal Rp. 9 juta per tahun. Jika ekspansi kandang ini terus dilakukan hingga 100 persen, maka bisa dua kali lipat dari pendapatan tersebut. Itu hanya dari sisi kandang, belum potensi lainnya yang bisa kita lakukan,” terang Agus.
Sistem kandang yang digunakan merupakan kandang baterai, dimana kandang berupa kotak-kotak yang disusun berderet di atas lantai panggung dengan setiap kotak diisi satu atau dua ekor kambing atau berkelompok. Hingga saat ini jumlah kambing yang berada di kandang KM. 48,8 ini sebanyak 30 ekor kambing, dengan 10 kandang baterai masih kosong. (**)